lanyoek nak mula bagus
Image by Cool Text: Free Logos and Buttons - Create An Image Just Like This
Image by Cool Text: Logo and Button Generator - Create Your Own Logo

Selasa, 29 Januari 2013

proposal ekonomi:motivasi kerja


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Dalam suatu organisasi baik yang melayani kepentingan publik seperti organisasi pemerintah maupun organisasi swasta, menginginkan adanya pencapaian maksimal yang terkait dengan peningkatan hasil kerja demi tercapainya tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi salah satu elemen penting yang harus diperhatikan yaitu sumber daya manusia. Hal ini karena sumber daya manusia dalam hal ini pegawai yang melaksanakan dan mengatur serta menjalankan kegiatan organisasi tersebut.
Individu menjadi motor penggerak jalanya organisasi, tercapainya tujuan organisasi salah satunya sangat bergantung pada baik buruknya kinerja pegawai. Untuk itu, perusahaan dalam hal ini pimpinan wajib memperhatikan karyawan dan mengarahkan serta memotivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan. Motivasi karyawan sangat dibutuhkan guna meningkatkan kinerja pegawai itu sendiri, tanpa adanya motivasi karyawan tersebut tidak memiliki semangat serta daya dorong dalam melakukan segala tugas yang diberikan.
Setiap individu dalam organisasi yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan menghidupkan organisasi tersebut. Pegawai yang senang dengan pekerjaan mengindikasikan loyalitas dan semangat kerja yang tinggi. Pegawai akan memberikan banyak imajinasi, keterampilan dan perhatian dalam pekerjaannya. Untuk itu, perlu diberikan motivator bagi karyawan baik secara fisik maupun non fisik. Dengan terpenuhnya kebutuhan tersebut maka pegawai secara fokus dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diemban, untuk itu dibutuhkan suatu dorongan bagi pegawai dalam suatu organisasi. Dorongan itulah yang disebut motivasi.
Motivasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri seorang individu untuk mengerjakan tugas yang diemban. Motivasi menjadi sangat penting dalam pencapaian kinerja karyawan.
Steer (1985) dalam Suharto dan Cahyono (2005:14) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi kerja, selanjutnya dijelaskan bahwa motivasi mempunyai kekuatan kecenderungan seseorang / individu untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah kepada sasaran dalam pekerjaan sebagai kepuasan, tetapi lebih lanjut merupakan perasaan senang atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan. Karyawan memiliki keinginan yang kuat yang muncul akibat adanya dorongan dari dalam diri untuk terlibat serta berpartisipasi dalam organisasi dengan mengerjakan segala tugas dan pekerjaan yang dibebankan dan secara berkelanjutan karyawan akan terus mendedikasikan diri lewat segala tugas dan pekerjaan secara sukarela karena kenyamanan serta rasa senang yang didasari motivasi yang kuat.
Kepemimpinan memiliki peran penting dalam organisasi, dimana pimpinan bertugas untuk mengawasi serta mengontrol jalannya suatu organisasi. Nimran (2004:64) dalam Brahmasari dan Suprayetno (2008:126) mengemukakan bahwa kepemimpinan atau leadership adalah merupakan suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang akan dikehendaki. Pada umumnya setiap pemimpin selalu mengharapkan dan mengusahakan agar bawahannya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan serta menyelesaikan tugas yang diemban dengan baik, agar sesuai target tertentu yang telah ditetapkan.
Bass (1990) dalam Suharto dan Cahyono (2005:14) mengemukakan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan berbagai fungsi subsistem dalam organisasi agar tetap konsisten dengan tujuan organisasi dibutuhkan seorang pemimpin karena pemimpin merupakan bagian penting dalam peningkatan kinerja para pegawai. Karena itu, pemimpin yang baik harus mampu mengontrol dan mengendalikan organisasi salah satunya dengan memperhatikan serta merumuskan cara yang tepat untuk meningkatkan kinerja bawahan.
Kinerja suatu organisasi menjadi sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dan kinerja organisasi itu sendiri ditentukan oleh kinerja setiap individu dalam hal ini pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Menurut Byars (1984) dalam dalam Suharto dan Cahyono (2005:14), kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. karyawan sebagai individu dalam organisasi wajib menjalankan segala tugas dan pekerjaan yang dibebankan, untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan kemampuan (ability) dan keahlian (skill) dari setiap karyawan serta adanya motivasi yang kuat yang memacu semangat kerja karyawan.
Motivasi dan kepemimpinan para pegawai sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Dengan kepemimpinan yang mampu mengkoordinasi dan memberi arah kepada indivu untuk mencapai tujuan serta motivasi yang mampu mendorong dan menggugah semangat kerja maka kualitas kinerja pegawai dapat meningkatan. Namun dalam kenyataannya, tidak mudah untuk mewujudkan hal tersebut karena sangat sulit mengidentifikasi serta mengetahui masalah tiap individu yang memiliki masing-masing  karakter  dan  sikap   yang  berbeda-beda.   Berdasarkan  permasalahan tersebut   di   atas,   maka   dilakukan   penelitian   yang   berkaitan   dengan   “Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem”.


1.2.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem?
2.      Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem?


1.3.TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.
2.      Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.

1.4.MANFAAT PENULISAN
1.4.1.      Kegunaan teoritis
1.        Menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu sumber daya manusia (MSDM) yang didapat selama kuliah ke dalam dunia kerja.
2.        Sebagai referensi dan masukan untuk mengembangkan penelitian dengan alat atau variabel yang berbeda untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2.      Kegunaan praktis.
1.      Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh motivasi kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.
2.      Bagi Perusahaan
Menjadi bahan referensi pekerjaan sekaligus pertimbangan bagi instansi dalam menentukan kebijakan dan program peningkatan kinerja pegawai.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.            Motivasi kerja

2.1.1.      Pengertian Motivasi kerja

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau penggerakan. Secara umum motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dan keinginan serta upaya yang muncul dari diri seorang individu untuk melakukan suatu hal. Robbin (2002:55) dalam Brahmasari dan Suprayetno (2008:125) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Seorang individu melakukan sesuatu atas dasar keinginan serta adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Motivasi sebagai dorongan seorang individu menjadi sangat penting, tanpa adanya dorongan tersebut maka individu tersebut tidak termotivasi untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan.
Morrison (1993) dalam Hakim (2006:167) memberikan pengertian motivasi sebagai kecenderungan seseorang melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah ke sasaran. Jika perilaku tersebut mangarah pada suatu obyek atau sasarannya maka dengan motivasi tersebut akan diperoleh pencapaian target atau sasaran sebesar-besarnya sehingga pelaksanaan tugas dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya, sehingga efektifitas kerja dapat dicapai. Dengan adanya target atau sasaran itulah yang mengarahkan serta memotivasi karyawan untuk mengerjakan sesuatu.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi yang mengarah ke tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual..
Motivasi   kerja   berpengaruh   terhadap   tingkat   perpindahan   karyawan,   dari karyawan baru atau pemula menjadi karyawan yang terampil dan berpengalaman. Tugas pimpinan adalah agar dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada bawahannya sehingga mampu bekerja sesuai dengan pengarahan yang diberikan. Bila dalam suatu organisasi ada petunjuk bahwa motivasi kerja turun, hendaknya organisasi segera mencari penyebabnya dan segera ditentukan upaya penyelesaianya. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi, pekerjaan lebih cepat terselesaikan, mengurangi tingkat kesalahan ataupun memperkecil tingkat absensi.

2.1.2.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Seorang pemimpin yang merupakan motivator harus mengetahui tentang motivasi agar keberhasilan organisasi dalam mewujudkan usaha kerja manusia dapat tercapai. Menurut Mangkunegara (2004: 65) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu :
1.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik dapat pula dibangkitkan dari dalam atau sering disebut motivasi internal. Sasaran yang ingin dicapai berada dalam individu itu sendiri. Karyawan dapat bekerja karena tertarik dan senang pada pekerjaannya, karyawan merasa pekerjaan yang dilakukan memberikan makna, kepuasan dan kebahagiaan pada dirinya. Adapun faktor instrinsik terdiri dari upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status prosedur perusahaan dll,
2.      Motivasi Ekstrinsik

Motivasi yang dibangkitkan karena mendapatkan rangsangan dari luar merupakan motivasi eksternal. Faktor ekstrinsik adalah prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan iu sendiri, kemungkinan untuk berkembang, peraturan, kebijakan perusahaan, interaksi antara karyawan, dan lain sebagainya. Faktor pemeliharaan yang merupakan kondisi ekstrinsik dari karyawan yang akan  menimbulkan ketidakpuasan dan faktor motivator merupakan faktor yang menggerakkan motivasi. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya melakukan tindakan-tindakan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut :
a.       Kebutuhan-kebutuhan pribadi.
b.      Tujuan dan Persepsi-persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan
c.       Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut akan direalisasikan
Menurut Hasibuan (2003:86) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi terbagi menjadi dua metode motivasi :
1.      Motivasi Langsung, yaitu motivasi (materiil &nonmaterial) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
2.      Motivasi Tak Langsung, yaitu motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaan. Misalnya mesin yang baik, ruangan kerja yang terang, suasana kerja, penempatan yang tepat. Motivasi tak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga produktif.


2.1.3        Indikator Motivasi kerja
Menurut   Riduwan   (2002:66)   bahwa   motivasi   kerja   dapat   diukur   melalui indikator sebagai berikut:
1.         Upah / Gaji yang layak, yang dapat diukur melalui gaji yang memadai dan besarnya sesuai standar mutu hidup.
2.         Pemberian insentif, yang diukur melalui pemberian bonus sewaktu-waktu, rangsangan kerja, prestasi kerja.
3.         Mempertahankan harga diri, yaitu diukur dengan iklim kerja yang kondusif, kesamaan hak, dan kenaikan pangkat.
4.         Memenuhi kebutuhan rohani, yaitu diukur dengan kebebasan menjalankan sariat agama, menghormati kepercayaan orang, dan penyelenggaraan ibadah.
5.         Memenuhi kebutuhan partisipasi, yaitu diukur melalui kebersamaan, kerjasama, rasa memiliki, dan bertanggung jawab.
6.         Menempatkan  pegawai  pada  tempat  yang  sesuai,  dalam  hal  ini  diukur  dengan  seleksi      sesuai      kebutuhan,      memperhatikan      kemampuan memperhatikan pendidikan, memperhatikan pengalaman, memberikan pekerjaan sesuai kemampuan.
7.         Menimbulkan   rasa   aman   di   masa   depan,   seperti   indikator   penyelenggaraan jaminan hari tua, pembayaran pensiun, pemberian perumahan.
8.         Memperhatikan lingkungan tempat kerja, yang diukur melalui tempat kerja yang nyaman, cukup cahaya, jauh dari polusi dan berbahaya.
9.         Memperhatikan kesempatan untuk maju, yang diukur dengan memberikan upaya pengembangan, kursus, diklat.
10.     Menciptakan persaingan yang sehat, yang diukur melalui produktivitas, prestasi kerja, pengembangan karir yang jelas, bonus, kinerja pegawai, penghargaan dan hukuman.
Motivasi yang dibangkitkan karena mendapatkan rangsangan dari luar merupakan motivasi eksternal, berupa peraturan, kebijakan perusahaan, interaksi antara karyawan, dan lain sebagainya. Motivasi dapat pula dibangkitkan dari dalam atau sering disebut motivasi internal. Sasaran yang ingin dicapai berada dalam individu itu sendiri. Karyawan dapat bekerja karena tertarik dan senang pada pekerjaannya, ia merasa pekerjaan yang dilakukan memberikan makna, kepuaan dan kebahagiaan pada dirinya.

2.2.            Kepemimpinan

2.2.1        Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membujuk orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias (Davis (1981) dalam Yuli (2005: 167). Sedangkan Terry dan Franklin (1982) mendefinisikan kemimpinan dengan hubungan dimana seseorang (pemimpin) mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sasma melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin dan atau kelompok.
Mengacu dari kedua pengertian tersebut, maka Yuli (2005: 167) mendefinisikan pengertian kepemimpinan sebagai orang yang memiliki kewenangan untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain (bawahan) dengan melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Mengingat besarnya arti kepemimpinan dalam organisasi, maka seseorang pemimpin harus mampu dan dapat memainkan peranannya, pemimpin harus mampu menggali potensi – potensi yang ada pada dirinya dan memanfaatkannya di dalam unit organisasi. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Mintzberg bahwa ada tiga peran utama yang dimainkan oleh setiap manajer dimanapun letak hirarkinya, peran tersebut meliputi : peran hubungan antar pribadi (interpersonal role), peran yang berhubungan dengan informasi (informational role), dan peran pembuat keputusan (decisional role) (Thoha, 2001 : 2323 – 240). Pemimpin apabila ia dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan – tindakan atau kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu meskipun tidak ada ikatan – ikatan yang formal dalam organsiasi.
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sasma melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keberadaan seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk mengkoordinir seluruh aktivitas kelompok suatu organisasi dan tidak terlepas dari kepemimpinannya. Karena berhasil atau tidaknya suatu organisasi dirasa sangat tergantung dari kepemimpinan seorang pemimpin.

2.2.2.      Indikator Kepemimpinan
Teori kepemimpinan menurut Fiedler (Stonner et.al, 1996 : 173) yang menyatakan bahwa pengukuran gaya kepemimpinan pada seseorang pada skala yang menunjukkan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai (LPC, Least Preferred Co worker). Fiedler (Wahjosumidjo, 1994 ; 97) mengidentifikasikan tiga macam situasi kepemimpinan atau variabel yang membantu menentukan gaya kepemimpinan yang akan efektif, yaitu :
1)        Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (Leader member relations) maksudnya bagaimana tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan. Sikap bawahan terhadap kepribadian, watak dan kecakapan atasan.
2)        Struktur tugas (task structure). Maksudnya di dalam situasi kerja apakah tugas – tugas telah disusun ke dalam suatu pola – pola yang jelas atau sebaliknya.
3)        Kewibawannya kedudukan kepemimpinan (leader’s position power), kewibawaan formal pemimpin dilaksanakan terhadap bawahan.
Menurut Riduwan (2004:65) menyatakan bahwa indikator yang dapat mempengaruhi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1.      Teknik pematangan penyiapan pengikut, hal itu dapat ditunjukkan melalui pemberian penerangan yang jelas, keterangan yang factual, pengertian yang jelas, pendidikan, pengetahuan/pikiran serta adat istiadat.
2.      Teknik hubungan antar manusia, ditunjukkan melalui memahami dan mendalami bawahan, menyamakan persepsi, pencapaian tujuan organisasi serta kepentingan organisasi.
3.      Teknik menjadi teladan, ditunjukkan melalui hakekat pemberian teladan, pengaruh pada bawahan, wujud perbuatan, larangan, anjuran serta keharusan.
4.      Teknik persuasi dan pemberi perintah, ditunjukkan melalui ajakan simpatik dari pimpinan, kemauan tanpa paksaan, kesadaran, pemberian perintah, pelaksanaan perintah serta ketaatan.
5.      Teknik penggunaan komunikasi yang tepat, ditunjukkan melalui kejelasan informasi, penerangan, kegiatan organisasi serta kesamaan persepsi.

6.      Teknik penyediaan fasilitas, ditunjukkan melalui jenis fasilitas yang disediakan, pencapaian tujuan, petunjuk teknik, kegiatan organisasi serta alat pencapaian tujuan organisasi.

2.3.            Kinerja Pegawai
2.3.1.      Pengertian Kinerja Pegawai
Menurut manajemen sumber daya manusia kinerja merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan seseorang dalam melaksanakan kerja atau kerja. Sedangkan Byars (1984) dalam Suharto dan Cahyono (2005:14) kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.
Hasibuan dalam Sujak (1990) dan Sutiadi (2003:6) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu keadaan pelaksanaan kerja disuatu organisasi yang didasarkan pada perasaan emosional seseorang karyawan. Hal ini akan tampak dari sikap karyawan terhadap aspek-aspek yang dihadapinya di lingkungan kerja yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat termasuk didalamnya gaji, kondisi fisik, dan psikologis maupun aturan hukum yang ada.

2.3.2        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut  Robbins  (2006:  121),  kinerja  merupakan  pengukuran  terhadap  hasil  kerja     yang     diharapkan     berupa     sesuatu     yang     optimal.     Faktor-faktor     yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut :
a.         Iklim organisasi
Iklim kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting bagi pimpinan untuk memahami kondisi organisasi, karena ia harus menyalurkan bawahan sehingga mereka dapat mencapai tujuan pribadi dan tujuan organisasi. Dengan adanya iklim kerja yang kondusif, maka hal itu akan mempengaruhi kinerja karyawan.
b.         Kepemimpinan
Peranan pemimpin harus mampu dan dapat memainkan peranannya dalam suatu organisasi, pemimpin harus mampu menggali potensi – potensi yang ada pada dirinya dan memanfaatkannya di dalam unit organisasi.
c.         Kualitas pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan dengan kualitas yang tinggi dapat memuaskan yang bersangkutan dan perusahaan. Penyelesaian tugas yang terandalkan, tolok ukur minimal kualitas kinerja pastilah dicapai
d.        Kemampuan kerja
Kemampuan untuk mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya termasuk membuat jadwal kerja, umumnya mempengaruhi kinerja seorang karyawan.
e.       Inisiatif
Inisiatif merupakan faktor penting dalam usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan. Untuk memiliki inisiatif dibutuhkan pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki para karyawan dalam usaha untuk meningkatkan hasil yang dicapainya.
f.       Motivasi
Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi pimpinan, karena menurut definisi pimpinan harus bekerja dengan dan melalui orang lain. Pimpinan perlu memahami orang - orang berperilaku tertentu agar dapat mempengarhuinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
g.      Daya tahan/ kehandalan
Apakah karyawan mampu membuat perencanaan dan jadwal pekerjaannya. Sebab akan mempengaruhi ketepatan waktu hasil pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seorang karyawan.
h.      Kuantitas pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan karyawan harus memiliki kuantitas kerja tinggi dapat memuaskan yang bersangkutan dan perusahaan. Dengan memiliki kuantitas kerja sesuai dengan yang ditargetkan, maka hal itu akan dapat mengevaluasi kinerja karyawan dalam usaha meningkatkan prestasi kerjanya.
i.          Disiplin kerja
Dalam memperhatikan peranan manusia dalam organisasi, agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan diperlukan adanya kedisiplinan yang tinggi sehingga dapat mencapai suatu hasil kerja yang optimal atau mencapai hasil yang diinginkan bersama.

2.3.3        Indikator Untuk Menilai Kinerja Pegawai
Menurut Hasibuan (2003: 68 – 90) terdapat beberapa hal yang perlu diketahui yang dapat digunakan sebagai indikator penilaian kinerja (performance appraisal) dengan seorang karyawan yakni antara lain :
a.    Pengetahuan seorang karyawan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
b.    Apakah karyawan mampu membuat perencanaan dan jadwal pekerjaannya.
c.    Sejauhmana tingkat produktivitas karyawan.  Pengetahuan teknis karyawan dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya, karena berkaitan dengan mutu pekerjaan dan kecepatan menyelesaikan.
d.   Seberapa jauh karyawan tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan pekerjaannya.
e.    Judgement atau kebijakan yang bersifat naluriah yang dimiliki oleh seseorang karyawan untuk memhubungani kinerjanya.
f.     Kemampuan berkomunikasi baik sesama rekan maupun dengan atasannya.
g.    Kemampuan bekerjasama dengan karyawan maupun orang lain, karena dalam hal ini sangat berperan dalam menentukan kinerjanya.
h.    Kehadiran dalam rapat yang disertai dengan kemampuan menyampaikan gagasan kepada orang lain, karena dalam hal ini mempunyai nilai tersendiri dalam menilai kinerja seorang karyawan.
i.      Kemampuan untuk mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
j.      Kepemimpinan menjadi faktor yang harus dinilai dalam kinerja terutama bagi karyawan yang berbakat “memimpin” sekaligus memobilitasi dan me teman – temannya untuk bekerja lebih baik.

2.4.            Hubungan Antar Variabel
2.4.1        Hubungan Motivasi kerja dengan Kinerja Pegawai
Motivasi  adalah  suatu  keahlian  dalam  mengarahkan  karyawan  dan  organisasi agar   mau   bekerja   secara   berhasil,   sehingga   keinginan   para   karyawan   dan   tujuan organisasi sekaligus tercapai. Agar karyawan dapat bekerja lebih optimal, maka pimpinan harus memberikan motivasi kepada karyawannya, sehingga berdampak pada peningkatan kinerjanya. Hal ini sesuai pernyataan Handoko (2003) bahwa motivasi merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Pemberian motivasi kepada pegawai dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu adanya motivasi positif seperti pemberian hadiah, bonus, penghargaan maupun kenaikan pangkat dan motivasi negatif, seperti pemberian peringatan/hukuman bagi pegawai yang melakukan kesalahan, skors terhadap pegawai yang melanggar peraturan dan sanksi dikeluarkan dari organisasi bila terbukti melakukan kesalahan yang fatal. Hal ini sesuai pernyataan Mangkunegara (2004: 67) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi.
Motivasi mempunyai kekuatan kecenderungan seseorang/individu untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang mengarah kepada sasaran dalam pekerjaan sebagia kepuasan, tetapi lebih lanjut merupakan perasaan senang atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan. Motivasi adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan orang tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan motivasi, maka seseorang tergerak atau terdorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi dipandang sebagai motor yang menimbulkan energi dalam diri seseorang dan dengan energi tersebut seseorang dapat berbuat sesuatu. Dengan demikian motivasi kerja berpengaruh terhadap penampilan seseorang (performance) sebagai sikap yang positif akan memberikan dampak pada kinerja pegawai dalam bidang tugasnya.

2.4.2.      Hubungan  Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan kinerja pegawai, karena pada dasarnya kepemimpinan adalah tingkah laku seorang pemimpin dalam mendorong, mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan. Robbins (1996), mengemukakan bahwa terdapat empat fungsi manajemen yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai, salah satunya adalah kepemimpinan. Pada umumnya setiap pemimpin selalu mengharapkan dan mengusahakan agar bawahannya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan serta menyelesaikan tugas yang diembannya dengan baik, agar sesuai sasaran tertentu yang telah ditetapkan. Kinerja pegawai hanya dapat dicapai dengan mencocokkan pemimpin dengan situasi atau dengan mengubah situasi agar cocok dengan pemimpin, seperti kemampuan dan interaksi sesama pemimpin, bawahan dan atasan.

2.5.            Hipotesis
Motivasi adalah sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Semakin motivasi pegawai untuk bekerja lebih tinggi maka akan berdampak pada tingginya kinerja pegawai. Hal ini sesuai pernyataan Riva’i (2003) bahwa semakin kuat motivasi kerja, kinerja pegawai akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan motivasi kerja pegawai akan memberikan peningkatan yang sangat berarti bagi penigkatan kinerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Penelitian Suharto dan Cahyono (2005) bahwa motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Semakin tinggi motivasi pegawai, maka akan semakin tinggi pula kinerja pegawai.
H1 : Terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.

Menurut Siagian (1997) perilaku pemimpin memiliki kecendrungan pada dua hal yaitu konsiderasi atau hubungan dengan bawahan dan struktur insiasi atau hasil yang dicapai. Kecenderungan kepemimpinan menggambarkan hubungan yang akrab dengan bawahan misal bersikap ramah, membantu dan membela kepentingan bawahan, bersedia menerima konsultasi bawahan, dan memberikan kesejahteraan. Kecenderungan seseorang pemimpin memberikan batasan antara peranan dan dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan tugas (kapan, bagaimana, dan hasil apa yang akan dilakukan). Guritno (2004) menunjukan bahwa perilaku (misalnya pola atau gaya) kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
H2 : Terdapat pengaruh positif kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.

Dengan   demikian   maka   kerangka   pemikiran   teoritis   dapat   digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 2.2
Kerangka pemikiran teoritis



Motivasi kerja
H1

(X1)









Kinerja Karyawan


H2
(Y)




Kepemimpinan



(X2)






BAB III
METODE PENELITIAN


3.1.            Jenis Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menguji hipotesis dengan harapan membenarkan atau memperkuat dugaan yang telah dirumuskan yang pada gilirannya dapat mendukung teori. Atas dasar asumsi tersebut, maka jenis penelitian yang digunakan termasuk explanatory research melalui penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2005: 65). Dalam hal ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara motivasi kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.

3.2.            Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2001). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh pegawai Usaha Dagang Santi Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem yang berjumlah 8 orang.
Melihat jumlah populasi hanya sebesar 8 orang, maka layak untuk diambil semua untuk dijadikan sebagai sampel sehingga penelitian ini merupakan penelitian sensus. Pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sensus, hal itu karena ditinjau dari wilayahnya penelitian ini hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Sehingga peneliti merasa perlu untuk meneliti secara keseluruhan tanpa harus mengambil sampel dalam jumlah tertentu (Arikunto, 2007: 115).

3.3.            Jenis dan Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini jenis data yang digunakan adalah data subyek. Menurut Indriantoro (2001:145) mengemukakan bahwa data subyek merupakan jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan adalah dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan dalam wawancara, baik secara lisan maupun tertulis.
Data mempunyai sifat memberikan gambaran tentang suatu masalah. Dalam penelitian ini sumber data yang diperlukan adalah :
a.    Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (Marzuki, 2000:55), dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan.
b.    Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari penelitian (Marzuki, 2000:56) berasal dari buku-buku ilmiah, majalah, tulisan-tulisan atau artikel yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti sebagai landasan dan teori.

3.4.            Metode Pengumpulan Data

Prosedur yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah :
a.    Kuesioner
Kuesioner yaitu suatu metode dimana peneliti menyusun daftar pertanyaan secara tertulis yang kemudian dibagikan kepada responden untuk memperoleh data yang berhubungan dengan kegiatan penelitian (Umar, 2001:52).
b.   Studi kepustakaan
Pengumpulan data yang berasal dari beberapa literatur serta bacaan lain yang mendukung penelitian ini.

3.5.            Metode Analisis Data
3.5.1.      Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptif yaitu analisis yang ditunjukkan pada perkembangan dan pertumbuhan dari suatu keadaan dan hanya memberikan gambaran tentang keadaan tertentu dengan cara menguraikan tentang sifat-sifat dari obyek penelitian tersebut (Umar, 2000:36).
3.5.2.      Analisis Kuantitatif
Yaitu metode analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan metode statistik untuk mengukur besarnya antara variabel-variabel yang diteliti. Adapun untuk mengetahui hubungan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan perhitungan statistik.