lanyoek nak mula bagus
Image by Cool Text: Free Logos and Buttons - Create An Image Just Like This
Image by Cool Text: Logo and Button Generator - Create Your Own Logo

Rabu, 20 Februari 2013

IMPROVING ELEMENTARY SCHOOL STUDENT’S VOCABULARY SKILL WITH SNAKE AND LADDER GAMES




a.        Background
Teachers teaching methods that are less precise will affect student learning outcomes. Lack of good methods of teaching will make students less motivated to learn. With varying With varying methods or by appropriate methods, efficient and effective, will make the students can learn well and affect the learning achievement of students. On of them is games method. Especially snake and ladder games.
Snake and ladder games also could be applied in English lesson for student. Especially student’s vocabular ability. With games, the student will chalenged to study and have a fun learning process. So, the student will more motivated to join and produce good result in teaching.

b.        Implementation
Teacher provides the game prawn. Under the column or number box the teacher fill it with  picture of animal, goods, or figure. Game was began from the smallest student absent number. What’s number shown by dice is how much student step on the prawn. The student must answer what picture’s under column. If wrong the student receive a penalty from teacher, if right the student get point and apllause. Next step was continued by larger absent number. There are two role again. If the student’s pass the ladder and fall to snake, there is special chalenged given by the teacher like sing a song, etc. With the games, the student will more exciting with English Lesson cause not boring and fun.

c.         Output
Fun games learning method like Snake and Ladder Games are alternative varying learning method that more effective than conventional learning method (lecture method) cause Elementary School’s student are still child and fun playing so Fun Games method will be give more motivating student come to school and studying. Games will gave different impression to student when study. Cause the real studying process must educate and pleasure. So snake and ladder games can improve the student’s vocabulary skill and affect to English Lesson learning outcomes.

Selasa, 05 Februari 2013

HUMOR GOKIL

Anggota DPR dan Pilot Penyabu

Seorang Guru matematika bertanya kepada murid-muridnya:
Guru : “Seandainya pesawat Boeing 747 Lion Air dipiloti oleh penyabu, dan mengangkut 560 orang anggota DPR RI, meledak di ketinggian 1000 feet dan jatuh di pegunungan berbatu tajam dengan kemiringan 45 derajat, berapa kemungkinan yang selamat ?”
Murid-murid menjawab serempak dan tegas : “Yang selamat 250 Juta rakyat Indonesia, Bu!”

Cowok Idaman Para Cewek

Cewek : Mas kerja dimana?
Cowok : Saya cuma usaha beberapa hotel bintang 4 dan 5 di Jakarta dan Bali…
Cewek : (WAW…Konglomerat pasti!)… Mas tinggal dimana?
Cowok : Pondok Indah Bukit Golf…
Cewek : (WAW kereenn…Rumah Orang-orang “The Haves”) Pasti gede rumahnya yah…?
… Cowok : Ngga ah…Biasa aja koq…cuma 3000 m2…
Cewek : (Busett!) Pasti mobilnya banyak yah…?
Cowok : Sedikit koq…Cuma ada Ferrari. Jaguar. Mercedes. BMW. Mazda…
Cewek : (Wah cowok idaman gue nihh!!) Mas uda punya istri…?
Cowok : Hmm…Sampai saat ini belum tuh…hehe…
Cewek : (Enak juga nih kalu gue bisa jadi bininya…) Mas merokok??
Cowok : Tidak…rokok itu tidak bagus untuk kesehatan tubuh…
Cewek : (Wah sehat nihh!) Mas suka minum-minuman keras?
Cowok : Tidak donk…
Cewek : (Gilee…Cool abissss!!) Mas suka maen judi??
Cowok : Nggak…ngapain juga judi? ngabisin duit aja
Cewek : (Ooohhhh…So sweett…) Mas suka dugem gitu ga??
Cowok : Tidak tidak…
Cewek : (Iihh…sholeh banget nih cowok!) Mas udah naik haji?
Cowok : Yah…baru 3x dan umroh paling 6x…
Cewek : (Subhanallah…calon surgawi…) Hobinya apa sih mas?
Cowok : BOHONGIN orang……

Dua Laki-laki Dan Istri Mereka

Pada saat pesta ada 2 laki-laki sedang asyik membicarakan tentang selingkuhan mereka. Pada saat sedang enak-enaknya ngobrol, tiba-tiba wajah orang yang pertama menjadi pucat melihat 2 wanita sedang asyik mengobrol, lalu dia berbisik pada temannya, “Hei, jangan kesana, disana ada istriku bersama pacar gelapku”
Setelah beberapa saat temannya berbisik “Kau tahu, aku juga mau bilang begitu”.

Tiga Orang Pemabuk dan Kereta Api

Tiga orang pemabuk tiba di stasiun kereta api beberapa saat sebelum kereta berangkat. Karena melihat ketiga pemabuk itu sempoyongan seperti tidak mampu naik kereta api, maka kepala stasiun yang baik hati membantu mereka naik. Ia sudah membantu dua orang naik kereta sebelum kereta berangkat, dan meminta maaf kepada seorang pemabuk lagi yang terpaksa tertinggal kereta api tadi. “Maaf tuan”, katanya. “Sebetulnya saya sangat ingin membantu Anda naik kereta”, kata kepala stasiun. “Tidak apa-apa”, jawab sang pemabuk yang tertinggal. “Teman saya akan lebih menyesal lagi. Mereka sebetulnya hanya mengantar saya ke stasiun”.

Ujian Susulan 4 Mahasiswa

Ada 4 orang mahasiswa yang kebetulan telat ikut ujian semester karena bangun kesiangan.
Mereka lantas menyusun strategi untuk kompak kasih alasan yang sama agar dosen mereka berbaik hati memberi ujian susulan.
Mahasiswa A: pak, maaf kami telat ikut ujian semester
mahasiswa B: iya pak. Kami berempat naik angkot yg sama dan ban angkotnya meletus.
Mahasiswa C: iya kami kasihan sama supirnya. Jadinya kami bantu dia pasang ban baru.
mahasiswa D: oleh karena itu kami mohon kebaikan hati bapak untuk kami mengikuti ujian susulan.
Sang dosen berpikir sejenak dan akhirnya memperbolehkan mereka ikut ujian susulan.
Keesokan hari ujian susulan dilaksanakan, tapi keempat mahasiswa diminta mengerjakan ujian di 4 ruangan yg berbeda. “Ah, mungkin biar tidak menyontek,” pikir para mahasiswa. Ternyata ujiannya cuma ada 2 soal. Dengan ketentuan mereka baru diperbolehkan melihat dan mengerjakan soal kedua setelah selesai mengerjakan soal pertama.
Soal pertama sangat mudah dengan bobot nilai 10. Keempat mahasiswa mengerjakan dengan senyum senyum.
Giliran membaca soal kedua dengan bobot nilai 90. Keringat dingin pun mulai bercucuran.
Di soal kedua tertulis:
“Kemarin, ban angkot sebelah mana yang meletus?”

Siapa Itu Thomas Alfa Edison?

Bu guru: “Andi..! coba kamu jawab, siapa itu Thomas Alfa Edison..?”
Andi: “Tidak tau bu guru…”.
Bu guru: “Kalo James Watt, siapa dia..?”
Andi: “Ndak tau juga bu guru..”
Bu guru: “Andi! Bagaimana sih kamu ini? ditanya ini itu pasti jawab tidak tau… Tidak pernah belajar ya?”
Andi: “Belajar kok bu guru… Lah coba Andi tanya, bu guru tau ndak siapa Arifin Widodo..?”
Bu guru: “Tidak tau…”
Andi: “Kalau Bambang Setiono Ibu tau?”
Bu guru: “Tidak tau… Emang siapa mereka itu..?”
Andi: “Yaa itulah Bu…, kita khan pasti punya kenalan sendiri-sendiri..”

Ngapain Mainin HP Malem-malem Gini

Pada suatu malam Jum’at Kliwon, seorang penjaga kuburan melihat ada seorang wanita sedang mainin HP di atas salah satu kuburan. Penjaga kuburanpun menegur:
“Mbak ngapain malam-malam gini mainin hape di atas kuburan?”
Si cewek menjawab “Iya pak, abis dibawah sinyalnya lemah…”

Pintu Yang Selalu Terbuka

Pada Minggu sore yang cerah, dua orang pemuda RT melakukan kunjungan dari pintu ke pintu untuk pengumpulan dana bantuan kemanusiaan. Ketika mereka mengetuk satu pintu, dan melihat bahwa wanita yang membuka pintu tidak senang melihat mereka.
Wanita itu mengatakan kepada mereka dengan tegas bahwa ia tidak ingin membantu apa-apa, dan sebelum mereka bisa berkata apa-apa lagi, dia membanting pintu di depan mereka. Yang mengejutkan, pintu tidak menutup, bahkan kembali terbuka. Wanita itu mencoba lagi, benar-benar mendorong pintu itu, dan membanting lagi dengan hasil yang sama, pintu kembali terbuka.
Wanita itu yakin bahwa orang-orang muda itu mengganjal pintu dengan kaki mereka, dan kali ini ia mengumpulkan tenaga yang sangat besar untuk membanting pintu itu dengan sangat kuat. Saat itu, salah satu dari mereka berkata dengan tenang,
“Bu, sebelum Anda melakukannya lagi, Anda harus memindahkan kucing Anda terlebih dahulu.”

for more please visit gudanghumor.com 

Senin, 04 Februari 2013

Morfologi Bahasa Bali



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Bahasa telah ada sejak berabad-abad lalu dalam bentuk bahasa lisan maupun tertulis. Seiring perkembangan jaman dan perkembangan peradaban manusia, perbendaharaan bahasa pun ikut berkembang. Seperti halnya Bahasa Bali.
Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari rumpun Bahasa Austronesia. Bahasa Bali memiliki hubungan kekerabatan dengan Bahasa Jawa. Oleh karenanya Bahasa Bali terdiri dari tiga yakni Bahasa Bali Baku, Bahasa Bali Aga dan Bahasa Kawi atau Bahasa Jawa Tengahan. Karena letaknya yang begitu strategis ditambah pengaruh-pengaruh dari bahasa luar, Bahasa Bali mengalami satu bentuk perubahan kosakata dan perkembangan makna.
Seiring perkembangannya, Bahasa Bali mengalami suatu proses yang disebut morfologi bahasa. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Proses ini membawa banyak variasi bahasa dan kosakata dalam Bahasa Bali. Secara langsung ataupun tidak langsung proses morfologi ini membawa perubahan bentuk namun tidak mengurangi makna dari bahasa tersebut. Morfologi ini menimbulkan dan memunculkan kosakata baru yang memperkaya perbendaharaan bahasa dan sastra Bali pada umumnya.
Setiap perkembangan dan perubahan dalam kesusastraan tentunya menjadi sebuah daya tarik dan suatu hal yang menarik untuk dikaji untuk menghindari kesalahan persepsi dalam penggunaan dan pengertiannya. Penting untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut utamanya tentang morfologi Bahasa Bali ini mengingat bahasa Bali merupakan bahasa ibu dari masyarakat Bali pada umumnya. Sebagai civitas akademika, merupakan kewajiban untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengkaji lebih lanjut tentang definisi dan aspek-aspek morfologi Bahasa Bali sebagai tindak lanjut tentang fenomena tersebut.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis ini sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana sejarah Bahasa Bali?
1.2.2        Apa definisi morfologi?
1.2.3        Bagaimana morfologi Bahasa Bali?

1.3  TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diuraikan tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.3.1        Untuk mengetahui sejarah Bahasa Bali.
1.3.2        Untuk mengetahui definisi morfologi.
1.3.3        Untuk mengetahui penjabaran morfologi Bahasa Bali.

BAB II
PEMBAHASAN

  1. Tentang Bahasa Bali
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
Secara umum huruf dalam bahasa Bali terbagi menjadi 6 huruf vokal dan 18 huruf konsonan yang diterangkan sebagai berikut:
Vokal

Depan
Madya
Belakang
Tertutup
i

u
Tengah
e
ə
o
Terbuka

a

 Konsonan


Bibir
Gigi
Langit2
Keras
Langit2
Lunak
Celah
Suara
Letup
p
b
t
d
c
ɟ
k
g


Sengau
m
n
ɲ
ŋ


Desis

s


h

Getar / Sisi

r l




Hampiran
w

j
















  1. Definisi Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Menurut Halle (1973), morfologi terdiri atas tida komponen yang saling terpisah, ketiga komponen itu adalah:
(1) list of morphemes (daftar morfem);
(2) word formation rules (kaidah/aturan pembentukan kata).
(3) filter (saringan, penapis, tapis)
Morfologi pada umumnya menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks.

  1. Morfologi Bahasa Bali
Seperti yanmg telah dijelaskan di atas bahwa morfologi bahasa pada umumnya menunjuk pada afikasi pada sebuah kata, begitupun halnya dengan Bahasa Bali. Di bawah ini penjelasan keempat afiks tersebut.
1)      Prefiks (Awalan)
Dalam Bahasa Bali memiliki 17 macam prefiks. Ketujuh belas macam prefiks terdiri atas prefiks yang sering digunakan (produktif), prefiks yang kurang produktif, dan prefiks yang jarang digunakan.
·           Prefiks yang sering digunakan (produktif)
Yakni: a- ; akatih, asibak, abungkul (selembar, sebagian, sebuah) ka- ; katunjel, katugel, kasibak (dibakar, dipotong, dibelah) sa- ; saumah, sadados, sadurung (serumah, sebisanya, sebelum) pa- ; penampel, pewarah, pengawi (alat untuk menutup, pengumuman, pengarang) ma- ; majalan, makeber, matakon (berjalan, terbang, bertanya) pi- ; piorah, piolas, pitresna (pemberitahuan, pertolongan, bantuan) m- ; maca, mucu, mangunang (membaca, memojokkan, membangun) n- ; nunu (membakar) ň(ny) ; nyampat, nyate, nyebit (menyapu, membuat sate, membelah kecil-kecil) ŋ(ng) ; ngarang, ngulgul, ngabut, ngigel, nguyak, ngendepangn, gengsapang, ngorahang,  (mengarang, menggurui, mencabut, menari, menginjak, menggumuli, merendahkan, melupakan, memberitahu).
·           Prefiks yang kurang produktif
Yaitu: pra- ; pramangkin, prakanggo (seketika, pemuka masyarakat) para- ; para sameton, para pamiarsa (para keluarga, para pendengar) pari- ; pari polah, pari wangde (kelakuan, diundurkan) maka- ; maka jalaran, maka dasar (yang menyebabkan, yang menjadi dasar) pati- ; patikaplug, patidelik (saling seruduk, saling mendelik) kuma- ; kumalipan, kumalindung (seperti lipan, seperti belut) upa- ;  upacara, upajiwa (upacara, mata pencaharian).
·           Prefiks yang jarang digunakan
Diantaranya: nir-/nis- ; niskala, nirdon (tidak nyata, tidak berguna) su- ; susila (kelakuan baik) swa- ; swadaya, swakarya (swadaya, bekerja sendiri).

2)       Konfiks
Bahasa Bali hanya memiliki 3 macam konfiks dan sangat kurang produktif digunakan. Konfiks-konfiks itu adalah: pa--an ; pagenahan, panadtadan (rumah, alat menjinjing) ma--an ; magregotan, macangkriman (sarat, bernyanyi cangkrim) ma--an ; maririhan (memperdayakan).

3)       Infiks
Dalam bahasa Bali, infiks itu tidak produktif. Hal itu sama dengan bahasa Indonesia yang hanya beberapa kata mengalami proses infiks ini. Jumlah infiks dalam bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- ; gumuyu, sumanggup (besenda gurau, menyanggupi) -in- ; sinambung (bersambung).

4)       Sufiks
Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Bali memiliki jumlah sufiks yang lebih banyak. Bahasa Indonesia hanya memiliki 3 sufiks asli, sedangkan bahasa Bali memiliki empat sufiks, yaitu: -an ; gedean, cerikan (lebih besar, lebih kecil), -a ; jemaka, tugela (diambil, dipotong) –in ; cerikin, gedein (kecilkan, besarkan) -ang ; jemakang, tugelang (ambilkan, potongkan).

3.1  Proses Morfofonemik dalam Bahasa Bali
Proses morfologi pada bahasa Bali yang dijelaskan adalah mengenai prefiksasi. Proses tersebut menyangkut pada prefiks (N) yang terdiri atas empat macam yaitu: m- : maca-ngamacaang ‘membacakan’ mucu-ngamucuang  ‘memojokkan’; n- : nunu-nganunuang ‘membakarkan’ nugel-nganugelang ‘memotongkan’; ny : nyat- nganyateang ‘membuatkan sate’ nyagur- nganyagurang ‘memukulkan’ ; ng : dalam hubungan anggota prefiks (N-) ini (ng) tidak mengalami proses morfofonemik.

3.2  Distribusi Tiap Imbuhan
a)        Prefiks a- dipergunakan hanya pada kata bantu bilangan sibak asibak ‘sebelah’ bungkul abungkul ‘sebuah’; ka- dipergunakan pada kata kerja (memiliki arti di- pada bahasa Indonesia), tugel-katugel ‘dipotong’ sibak kasibak ‘dibelah’; sa- dipergunakan pada kata benda, umah-saumah ‘serumah’ dados-sadados ‘sebisa’; pa- dipergunakan pada kata benda, kawi-pangawi ‘pengarang’ warah-pawarah ‘pengumuman’; ma- dipergunakan pada kata benda, takon-matakon ‘pertanyaan’ dipergunakan pada kata kerja jalan-majalan ‘berjalan’ dipergunakan pada kata sifat barak-mabarakan ‘diberi merah’ dipergunakan pada kata keadaan gantung-magantung ‘digantung’; pi- dipergunakan pada kata keadaan tuduh-pituduh ‘kehendak (Tuhan)’; m- dipergunakan pada kata kerja baca-maca ‘membaca’; n- dipergunakan pada kata kerja tunu-nunu ‘membakar’; ny- dipergunakan pada kata kerja sebit-nyebit ‘membelah’; ng- dipergunakan pada kata kerja yasa-ngayasaang ‘mendo’akan’ dipergunakan pada kata keadaan lacur-ngalacurang ‘bertambah miskin’.
b)        Konfiks pa--an dipergunakan pada kata benda genah-pagenahan ‘rumah’; ma--an dipergunakan pada sifat gregot-magregotan ‘sarat sekali’; ma--in dipergunakan pada kata kerja ririh-maririhin ‘memperdayakan’.
c)        Sufiks -an dipergunakan pada kata sifat gede-gedean ‘lebih besar’ dipergunakan pada kata benda batu-batuan ‘berisi batu’; -a dipergunakan pada kata kerja jemak-jemaka ‘diambil’; -in dipergunakan pada kata kerja jagur-jagurin ‘dipukuli’ dipergunakan pada kata benda batu-batuin ‘diisi batu’ dipergunakan pada kata sifat putih-putihin ‘diberi putih’; -ang dipergunakan pada kata kerja bejek-bejekang ‘diaduk’ dipergunakan pada kata sifat barak-barakang ‘merahkan’ dipergunakan pada kata bilangan kutus-kutusang ‘bagi delapan; -e dipergunakan pada kata kerja tusuk-tusuke ‘ditusuk’ dipergunakan pada kata benda tembok-temboke ‘tembok’

3.3  Fungsi Tiap Imbuhan
a)      Prefiks
1)   a- bentuk kata benda dari kata kerja :tugel → atugel ‘sepotong’
2)   ka- membentuk kata kerja pasif dari kata kerja intransitif :tunjel → katunjel ‘dibakar’
3)   sa- membentuk kata keadaan dari kata benda :umah → saumah ‘serumah’
4)   ma- membentuk kata kerja intransitif dari kata benda :jalan → majalan ‘berjalan’
5)   pa- membentuk kata benda dari kata kerja intransitif :tempel → panampel ‘penutup’
6)   pi- membentuk kata keadaan dari kata keadaan :olas → piolas ‘pertolongan’
7)   n-m- membentuk kata kerja transitif : patok → matok ‘mematok’n- membentuk kata kerja transitif : tunu → nunu ‘membakar’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : dacin → nacin ‘menimbang’ny- membentuk kata kerja transitif : jagur → nyagur ‘memukul’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : sampat → nyampat ‘menyapu’ng- membentuk kata kerja transitif : karang → ngarang ‘mengarang’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) : leyak → ngaleyak ‘menghantui’
8)   nga- membentuk kata kerja transitif dari kata keadaan :lacur → ngalacurang ‘bertambah miskin’membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif :ruruh → ngaruruh ‘mencari’membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) :leyak → ngaleyakin ‘menghantui’
b)      Konfiks
1)   pa-an membentuk kata benda dari kata kerja intransitif :tadtad → patadtadan ‘alat untuk (barang) yang dijinjing’
2)   ma-an membentuk kata kerja intransitif dari kata benda :cangkrim → macangkriman ‘memperdayakan’
3)   ma-in membentuk kata kerja intransitif dari kata keadaan :ririh → maririhin ‘memperdayakan’
c)      Sufiks
1)   –an membentuk kata keadaan dari kata sifat : barak → barakan ‘lebih merah’ membentuk kata keadaan dari kata benda : bias → biasan ‘berisi pasir’ tetap membentuk kata keadaan : cerik → cerikan ‘lebih kecil’
2)   –a membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif intransitif : jemak → jemaka ‘diambilnya’
3)   –in membentuk kata kerja pasif dari kata keadaan: cerik → cerikin ‘kecilkan’ membentuk kata kerja pasif dari kata sifat: barak → barakin ‘isi merah’ membentuk kata bilangan : enem → enemin ‘bagi enam-enam
4)   –ang membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif, membentuk kata kerja transitif dari kata keadaan : gede → gedeang ‘besarkan’ membentuk kata bilangan : kutus → kutusang ‘bagi delapan-delapan
5)   –e membentuk kata benda dari kata keadaan : sakit → sakite ‘sakitnya’ membentuk kata benda dari kata benda : tembok → temboke ‘temboknya’

3.4  Arti Tiap Imbuhan
a)    Prefiks
1)      a- untuk menyatakan bagian atau ukuran : sibak → asibak ‘sebagian’
2)      ka- dikenai (pasif) : tugel → katugel ‘dipotong’
3)      sa- untuk menyatakan kesatuan : umah → saumah ‘serumah’
4)      pa- melakukan suatu pekerjaan seperti dikatakan oleh kata dasar : kawi → pangawi ‘pengawi’
5)      ma- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : jalan → majalan ‘berjalan’ menyatakan keadaan : berarakan → mabrakan ‘berhamburan’
6)      pi- berarti variasi : olas → piolas ‘pertolongan’
7)      n- dengan anggota-anggotanya : m- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : baca → maca ‘membaca’; n- melakukan pekerjan seperti dikatakan kata dasar : jagur → nyagur ‘memukul’ng- superlatif : lacur → nglacurang ‘bertambah miskin’ melakukan pekerjaan seperti yang dikatakan kata dasar : ruruh → ngruruh ‘mencari’
8)      nga- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : leyak → ngaleyak ‘menghantui’.
b)   Konfiks
1)      –an perbandingan (superlatif): gede → gedean ‘lebih besar’ menyatakan keadaan : batu → batuan ‘berbatu-batu’
2)      –a menyatakan : jemak → jemaka ‘diambil’
3)      -in menyatakan pasif : jagur → jagurin ‘dipukuli’ menyatakan membuat lebih : cerik → cerikin ‘dibuat lebih kecil’
4)      –ang menyatakan pekerjaaan seperti tersebut oleh kata dasar : bejek → bejekang ‘memeraskan’ membuat atau menjadikan lebih : barak → barakang ‘membuat lebih merah’
5)      –e menegaskan : tembok → temboke ‘tembok (itu)’
Sufiks –e ini mempunyai alomorf –ne, pada suku akhir yang terb
uka. Contoh: bapa+ne → bapane ‘ayah (itu)’



BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak yang terdiri dari enam huruf vokal dan delapan belas huruf konsonan.
  2. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
  3. Morfologi Bahasa Bali menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks.
  4. Bahasa Bali memiliki 17 macam prefix yakni a-, ka-, sa-, pa-, ma-, pi-, m, n-, ň(ny), ŋ(ng), pra-, para-, pari-, maka-, pati-, kuma-, upa-, nir-/nis-, su- dan swa- . Memiliki 3 macam konfiks yaitu: pa—an, ma--an dan ma--an. Infiks dalam bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- dan -in-. Serta Bahasa Bali memiliki empat sufiks, yaitu: -an, -a, –in, -ang.
  5. Semua afikasi tersebut memiliki proses morfofonemik, distribusi, fungsi dan arti masing-masing.

3.2  Saran
  1. Mari kita wujudkan Ajeg Bali dari hal yang paling sederhana yaitu menggunakan bahasa Bali dalam keseharian maupun kepada anak cucu kita.
  2. Kepada masyarakat hendaknya tetap melestarikan sastra dan Bahasa Bali sebagai kearifan lokal budaya Bali dengan tetap menggunakan Bahasa Bali dan tetap mengajarkan sastra Bali kepada anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA


Halle, Moris. 1973. Prolegomena to a Theory of Word Formation. Linguistic Inquiry Vol. IV No.1.

Kardana, I Nyoman. tt. Proses Morfologis pada Pronomina Persona Bahasa Bali. Denpasar: Universitas Udayana.

Simpen, I Wayan. 2008. Afikasi Bahasa Bali: Sebuah Kajian Morfologi Generatif. Denpasar: Universitas Udayana.

Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono



http://sastrabalimodern.blogspot.com/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa telah ada sejak berabad-abad lalu dalam bentuk bahasa lisan maupun tertulis. Seiring perkembangan jaman dan perkembangan peradaban manusia, perbendaharaan bahasa pun ikut berkembang. Seperti halnya Bahasa Bali. Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari rumpun Bahasa Austronesia. Bahasa Bali memiliki hubungan kekerabatan dengan Bahasa Jawa. Oleh karenanya Bahasa Bali terdiri dari tiga yakni Bahasa Bali Baku, Bahasa Bali Aga dan Bahasa Kawi atau Bahasa Jawa Tengahan. Karena letaknya yang begitu strategis ditambah pengaruh-pengaruh dari bahasa luar, Bahasa Bali mengalami satu bentuk perubahan kosakata dan perkembangan makna. Seiring perkembangannya, Bahasa Bali mengalami suatu proses yang disebut morfologi bahasa. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Proses ini membawa banyak variasi bahasa dan kosakata dalam Bahasa Bali. Secara langsung ataupun tidak langsung proses morfologi ini membawa perubahan bentuk namun tidak mengurangi makna dari bahasa tersebut. Morfologi ini menimbulkan dan memunculkan kosakata baru yang memperkaya perbendaharaan bahasa dan sastra Bali pada umumnya. Setiap perkembangan dan perubahan dalam kesusastraan tentunya menjadi sebuah daya tarik dan suatu hal yang menarik untuk dikaji untuk menghindari kesalahan persepsi dalam penggunaan dan pengertiannya. Penting untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut utamanya tentang morfologi Bahasa Bali ini mengingat bahasa Bali merupakan bahasa ibu dari masyarakat Bali pada umumnya. Sebagai civitas akademika, merupakan kewajiban untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengkaji lebih lanjut tentang definisi dan aspek-aspek morfologi Bahasa Bali sebagai tindak lanjut tentang fenomena tersebut. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis ini sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana sejarah Bahasa Bali? 1.2.2 Apa definisi morfologi? 1.2.3 Bagaimana morfologi Bahasa Bali? 1.3 TUJUAN PENULISAN Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diuraikan tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui sejarah Bahasa Bali. 1.3.2 Untuk mengetahui definisi morfologi. 1.3.3 Untuk mengetahui penjabaran morfologi Bahasa Bali. BAB II PEMBAHASAN 1. Tentang Bahasa Bali Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya. Secara umum huruf dalam bahasa Bali terbagi menjadi 6 huruf vokal dan 18 huruf konsonan yang diterangkan sebagai berikut: Vokal Depan Madya Belakang Tertutup i u Tengah e ə o Terbuka a Konsonan Bibir Gigi Langit2 Keras Langit2 Lunak Celah Suara Letup p b t d c ɟ k g Sengau m n ɲ ŋ Desis s h Getar / Sisi r l Hampiran w j 2. Definisi Morfologi Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Menurut Halle (1973), morfologi terdiri atas tida komponen yang saling terpisah, ketiga komponen itu adalah: (1) list of morphemes (daftar morfem); (2) word formation rules (kaidah/aturan pembentukan kata). (3) filter (saringan, penapis, tapis) Morfologi pada umumnya menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks. 3. Morfologi Bahasa Bali Seperti yanmg telah dijelaskan di atas bahwa morfologi bahasa pada umumnya menunjuk pada afikasi pada sebuah kata, begitupun halnya dengan Bahasa Bali. Di bawah ini penjelasan keempat afiks tersebut. 1) Prefiks (Awalan) Dalam Bahasa Bali memiliki 17 macam prefiks. Ketujuh belas macam prefiks terdiri atas prefiks yang sering digunakan (produktif), prefiks yang kurang produktif, dan prefiks yang jarang digunakan. • Prefiks yang sering digunakan (produktif) Yakni: a- ; akatih, asibak, abungkul (selembar, sebagian, sebuah) ka- ; katunjel, katugel, kasibak (dibakar, dipotong, dibelah) sa- ; saumah, sadados, sadurung (serumah, sebisanya, sebelum) pa- ; penampel, pewarah, pengawi (alat untuk menutup, pengumuman, pengarang) ma- ; majalan, makeber, matakon (berjalan, terbang, bertanya) pi- ; piorah, piolas, pitresna (pemberitahuan, pertolongan, bantuan) m- ; maca, mucu, mangunang (membaca, memojokkan, membangun) n- ; nunu (membakar) ň(ny) ; nyampat, nyate, nyebit (menyapu, membuat sate, membelah kecil-kecil) ŋ(ng) ; ngarang, ngulgul, ngabut, ngigel, nguyak, ngendepangn, gengsapang, ngorahang, (mengarang, menggurui, mencabut, menari, menginjak, menggumuli, merendahkan, melupakan, memberitahu). • Prefiks yang kurang produktif Yaitu: pra- ; pramangkin, prakanggo (seketika, pemuka masyarakat) para- ; para sameton, para pamiarsa (para keluarga, para pendengar) pari- ; pari polah, pari wangde (kelakuan, diundurkan) maka- ; maka jalaran, maka dasar (yang menyebabkan, yang menjadi dasar) pati- ; patikaplug, patidelik (saling seruduk, saling mendelik) kuma- ; kumalipan, kumalindung (seperti lipan, seperti belut) upa- ; upacara, upajiwa (upacara, mata pencaharian). • Prefiks yang jarang digunakan Diantaranya: nir-/nis- ; niskala, nirdon (tidak nyata, tidak berguna) su- ; susila (kelakuan baik) swa- ; swadaya, swakarya (swadaya, bekerja sendiri). 2) Konfiks Bahasa Bali hanya memiliki 3 macam konfiks dan sangat kurang produktif digunakan. Konfiks-konfiks itu adalah: pa--an ; pagenahan, panadtadan (rumah, alat menjinjing) ma--an ; magregotan, macangkriman (sarat, bernyanyi cangkrim) ma--an ; maririhan (memperdayakan). 3) Infiks Dalam bahasa Bali, infiks itu tidak produktif. Hal itu sama dengan bahasa Indonesia yang hanya beberapa kata mengalami proses infiks ini. Jumlah infiks dalam bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- ; gumuyu, sumanggup (besenda gurau, menyanggupi) -in- ; sinambung (bersambung). 4) Sufiks Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Bali memiliki jumlah sufiks yang lebih banyak. Bahasa Indonesia hanya memiliki 3 sufiks asli, sedangkan bahasa Bali memiliki empat sufiks, yaitu: -an ; gedean, cerikan (lebih besar, lebih kecil), -a ; jemaka, tugela (diambil, dipotong) –in ; cerikin, gedein (kecilkan, besarkan) -ang ; jemakang, tugelang (ambilkan, potongkan). 3.1 Proses Morfofonemik dalam Bahasa Bali Proses morfologi pada bahasa Bali yang dijelaskan adalah mengenai prefiksasi. Proses tersebut menyangkut pada prefiks (N) yang terdiri atas empat macam yaitu: m- : maca-ngamacaang ‘membacakan’ mucu-ngamucuang ‘memojokkan’; n- : nunu-nganunuang ‘membakarkan’ nugel-nganugelang ‘memotongkan’; ny : nyat- nganyateang ‘membuatkan sate’ nyagur- nganyagurang ‘memukulkan’ ; ng : dalam hubungan anggota prefiks (N-) ini (ng) tidak mengalami proses morfofonemik. 3.2 Distribusi Tiap Imbuhan a) Prefiks a- dipergunakan hanya pada kata bantu bilangan sibak asibak ‘sebelah’ bungkul abungkul ‘sebuah’; ka- dipergunakan pada kata kerja (memiliki arti di- pada bahasa Indonesia), tugel-katugel ‘dipotong’ sibak kasibak ‘dibelah’; sa- dipergunakan pada kata benda, umah-saumah ‘serumah’ dados-sadados ‘sebisa’; pa- dipergunakan pada kata benda, kawi-pangawi ‘pengarang’ warah-pawarah ‘pengumuman’; ma- dipergunakan pada kata benda, takon-matakon ‘pertanyaan’ dipergunakan pada kata kerja jalan-majalan ‘berjalan’ dipergunakan pada kata sifat barak-mabarakan ‘diberi merah’ dipergunakan pada kata keadaan gantung-magantung ‘digantung’; pi- dipergunakan pada kata keadaan tuduh-pituduh ‘kehendak (Tuhan)’; m- dipergunakan pada kata kerja baca-maca ‘membaca’; n- dipergunakan pada kata kerja tunu-nunu ‘membakar’; ny- dipergunakan pada kata kerja sebit-nyebit ‘membelah’; ng- dipergunakan pada kata kerja yasa-ngayasaang ‘mendo’akan’ dipergunakan pada kata keadaan lacur-ngalacurang ‘bertambah miskin’. b) Konfiks pa--an dipergunakan pada kata benda genah-pagenahan ‘rumah’; ma--an dipergunakan pada sifat gregot-magregotan ‘sarat sekali’; ma--in dipergunakan pada kata kerja ririh-maririhin ‘memperdayakan’. c) Sufiks -an dipergunakan pada kata sifat gede-gedean ‘lebih besar’ dipergunakan pada kata benda batu-batuan ‘berisi batu’; -a dipergunakan pada kata kerja jemak-jemaka ‘diambil’; -in dipergunakan pada kata kerja jagur-jagurin ‘dipukuli’ dipergunakan pada kata benda batu-batuin ‘diisi batu’ dipergunakan pada kata sifat putih-putihin ‘diberi putih’; -ang dipergunakan pada kata kerja bejek-bejekang ‘diaduk’ dipergunakan pada kata sifat barak-barakang ‘merahkan’ dipergunakan pada kata bilangan kutus-kutusang ‘bagi delapan’; -e dipergunakan pada kata kerja tusuk-tusuke ‘ditusuk’ dipergunakan pada kata benda tembok-temboke ‘tembok’ 3.3 Fungsi Tiap Imbuhan a) Prefiks 1) a- bentuk kata benda dari kata kerja :tugel → atugel ‘sepotong’ 2) ka- membentuk kata kerja pasif dari kata kerja intransitif :tunjel → katunjel ‘dibakar’ 3) sa- membentuk kata keadaan dari kata benda :umah → saumah ‘serumah’ 4) ma- membentuk kata kerja intransitif dari kata benda :jalan → majalan ‘berjalan’ 5) pa- membentuk kata benda dari kata kerja intransitif :tempel → panampel ‘penutup’ 6) pi- membentuk kata keadaan dari kata keadaan :olas → piolas ‘pertolongan’ 7) n-m- membentuk kata kerja transitif : patok → matok ‘mematok’n- membentuk kata kerja transitif : tunu → nunu ‘membakar’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : dacin → nacin ‘menimbang’ny- membentuk kata kerja transitif : jagur → nyagur ‘memukul’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : sampat → nyampat ‘menyapu’ng- membentuk kata kerja transitif : karang → ngarang ‘mengarang’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) : leyak → ngaleyak ‘menghantui’ 8) nga- membentuk kata kerja transitif dari kata keadaan :lacur → ngalacurang ‘bertambah miskin’membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif :ruruh → ngaruruh ‘mencari’membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) :leyak → ngaleyakin ‘menghantui’ b) Konfiks 1) pa-an membentuk kata benda dari kata kerja intransitif :tadtad → patadtadan ‘alat untuk (barang) yang dijinjing’ 2) ma-an membentuk kata kerja intransitif dari kata benda :cangkrim → macangkriman ‘memperdayakan’ 3) ma-in membentuk kata kerja intransitif dari kata keadaan :ririh → maririhin ‘memperdayakan’ c) Sufiks 1) –an membentuk kata keadaan dari kata sifat : barak → barakan ‘lebih merah’ membentuk kata keadaan dari kata benda : bias → biasan ‘berisi pasir’ tetap membentuk kata keadaan : cerik → cerikan ‘lebih kecil’ 2) –a membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif intransitif : jemak → jemaka ‘diambilnya’ 3) –in membentuk kata kerja pasif dari kata keadaan: cerik → cerikin ‘kecilkan’ membentuk kata kerja pasif dari kata sifat: barak → barakin ‘isi merah’ membentuk kata bilangan : enem → enemin ‘bagi enam-enam 4) –ang membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif, membentuk kata kerja transitif dari kata keadaan : gede → gedeang ‘besarkan’ membentuk kata bilangan : kutus → kutusang ‘bagi delapan-delapan’ 5) –e membentuk kata benda dari kata keadaan : sakit → sakite ‘sakitnya’ membentuk kata benda dari kata benda : tembok → temboke ‘temboknya’ 3.4 Arti Tiap Imbuhan a) Prefiks 1) a- untuk menyatakan bagian atau ukuran : sibak → asibak ‘sebagian’ 2) ka- dikenai (pasif) : tugel → katugel ‘dipotong’ 3) sa- untuk menyatakan kesatuan : umah → saumah ‘serumah’ 4) pa- melakukan suatu pekerjaan seperti dikatakan oleh kata dasar : kawi → pangawi ‘pengawi’ 5) ma- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : jalan → majalan ‘berjalan’ menyatakan keadaan : berarakan → mabrakan ‘berhamburan’ 6) pi- berarti variasi : olas → piolas ‘pertolongan’ 7) n- dengan anggota-anggotanya : m- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : baca → maca ‘membaca’; n- melakukan pekerjan seperti dikatakan kata dasar : jagur → nyagur ‘memukul’ng- superlatif : lacur → nglacurang ‘bertambah miskin’ melakukan pekerjaan seperti yang dikatakan kata dasar : ruruh → ngruruh ‘mencari’ 8) nga- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : leyak → ngaleyak ‘menghantui’. b) Konfiks 1) –an perbandingan (superlatif): gede → gedean ‘lebih besar’ menyatakan keadaan : batu → batuan ‘berbatu-batu’ 2) –a menyatakan : jemak → jemaka ‘diambil’ 3) -in menyatakan pasif : jagur → jagurin ‘dipukuli’ menyatakan membuat lebih : cerik → cerikin ‘dibuat lebih kecil’ 4) –ang menyatakan pekerjaaan seperti tersebut oleh kata dasar : bejek → bejekang ‘memeraskan’ membuat atau menjadikan lebih : barak → barakang ‘membuat lebih merah’ 5) –e menegaskan : tembok → temboke ‘tembok (itu)’ Sufiks –e ini mempunyai alomorf –ne, pada suku akhir yang terbuka. Contoh: bapa+ne → bapane ‘ayah (itu)’ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak yang terdiri dari enam huruf vokal dan delapan belas huruf konsonan. 2. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. 3. Morfologi Bahasa Bali menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks. 4. Bahasa Bali memiliki 17 macam prefix yakni a-, ka-, sa-, pa-, ma-, pi-, m, n-, ň(ny), ŋ(ng), pra-, para-, pari-, maka-, pati-, kuma-, upa-, nir-/nis-, su- dan swa- . Memiliki 3 macam konfiks yaitu: pa—an, ma--an dan ma--an. Infiks dalam bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- dan -in-. Serta Bahasa Bali memiliki empat sufiks, yaitu: -an, -a, –in, -ang. 5. Semua afikasi tersebut memiliki proses morfofonemik, distribusi, fungsi dan arti masing-masing. 3.2 Saran 1. Mari kita wujudkan Ajeg Bali dari hal yang paling sederhana yaitu menggunakan bahasa Bali dalam keseharian maupun kepada anak cucu kita. 2. Kepada masyarakat hendaknya tetap melestarikan sastra dan Bahasa Bali sebagai kearifan lokal budaya Bali dengan tetap menggunakan Bahasa Bali dan tetap mengajarkan sastra Bali kepada anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Halle, Moris. 1973. Prolegomena to a Theory of Word Formation. Linguistic Inquiry Vol. IV No.1. Kardana, I Nyoman. tt. Proses Morfologis pada Pronomina Persona Bahasa Bali. Denpasar: Universitas Udayana. Simpen, I Wayan. 2008. Afikasi Bahasa Bali: Sebuah Kajian Morfologi Generatif. Denpasar: Universitas Udayana. Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istimewa:Masuk_log&returnto=Bahasa_Bali http://ronaldendiho.blogspot.com/ http://sastrabalimodern.blogspot.com/