BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Bahasa
telah ada sejak berabad-abad lalu dalam bentuk bahasa lisan maupun tertulis. Seiring
perkembangan jaman dan perkembangan peradaban manusia, perbendaharaan bahasa
pun ikut berkembang. Seperti halnya Bahasa Bali.
Bahasa
Bali merupakan bahasa yang berasal dari rumpun Bahasa Austronesia. Bahasa Bali
memiliki hubungan kekerabatan dengan Bahasa Jawa. Oleh karenanya Bahasa Bali
terdiri dari tiga yakni Bahasa Bali Baku, Bahasa Bali Aga dan Bahasa Kawi atau
Bahasa Jawa Tengahan. Karena letaknya yang begitu strategis ditambah
pengaruh-pengaruh dari bahasa luar, Bahasa Bali mengalami satu bentuk perubahan
kosakata dan perkembangan makna.
Seiring
perkembangannya, Bahasa Bali mengalami suatu proses yang disebut morfologi
bahasa. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Proses ini membawa banyak variasi bahasa dan kosakata dalam Bahasa Bali. Secara
langsung ataupun tidak langsung proses morfologi ini membawa perubahan bentuk
namun tidak mengurangi makna dari bahasa tersebut. Morfologi ini menimbulkan
dan memunculkan kosakata baru yang memperkaya perbendaharaan bahasa dan sastra
Bali pada umumnya.
Setiap
perkembangan dan perubahan dalam kesusastraan tentunya menjadi sebuah daya
tarik dan suatu hal yang menarik untuk dikaji untuk menghindari kesalahan
persepsi dalam penggunaan dan pengertiannya. Penting untuk dilakukan pengkajian
lebih lanjut utamanya tentang morfologi Bahasa Bali ini mengingat bahasa Bali
merupakan bahasa ibu dari masyarakat Bali pada umumnya. Sebagai civitas
akademika, merupakan kewajiban untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan
hal tersebut. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengkaji lebih lanjut
tentang definisi dan aspek-aspek morfologi Bahasa Bali sebagai tindak lanjut
tentang fenomena tersebut.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis ini sebagai
berikut:
1.2.1
Bagaimana sejarah
Bahasa Bali?
1.2.2
Apa definisi morfologi?
1.2.3
Bagaimana morfologi Bahasa Bali?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka dapat diuraikan tujuan dari karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1
Untuk mengetahui sejarah Bahasa Bali.
1.3.2
Untuk mengetahui definisi morfologi.
1.3.3
Untuk mengetahui penjabaran morfologi Bahasa Bali.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Tentang Bahasa Bali
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih
spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di
pulau Bali, pulau Lombok bagian
barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri
Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali
Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal
misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara
orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di
tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang
kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau
antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
Secara
umum huruf dalam bahasa Bali terbagi menjadi 6 huruf vokal dan 18 huruf
konsonan yang diterangkan sebagai berikut:
Vokal
|
|
Depan
|
Madya
|
Belakang
|
Tertutup
|
i
|
|
u
|
Tengah
|
e
|
ə
|
o
|
Terbuka
|
|
a
|
|
Konsonan
|
Bibir
|
Gigi
|
Langit2
Keras
|
Langit2
Lunak
|
Celah
Suara
|
Letup
|
p
|
b
|
t
|
d
|
c
|
ɟ
|
k
|
g
|
|
|
Sengau
|
m
|
n
|
ɲ
|
ŋ
|
|
|
Desis
|
|
s
|
|
|
h
|
|
Getar
/ Sisi
|
|
r
l
|
|
|
|
|
Hampiran
|
w
|
|
j
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Definisi
Morfologi
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik.
Menurut Halle (1973), morfologi terdiri atas tida komponen yang saling
terpisah, ketiga komponen itu adalah:
(1) list of morphemes (daftar morfem);
(2) word formation
rules (kaidah/aturan pembentukan kata).
(3) filter (saringan, penapis, tapis)
Morfologi
pada umumnya menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri
dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks.
- Morfologi Bahasa Bali
Seperti
yanmg telah dijelaskan di atas bahwa morfologi bahasa pada umumnya menunjuk
pada afikasi pada sebuah kata, begitupun halnya dengan Bahasa Bali. Di
bawah ini penjelasan keempat afiks tersebut.
1)
Prefiks
(Awalan)
Dalam Bahasa
Bali memiliki 17 macam prefiks. Ketujuh belas macam prefiks terdiri atas
prefiks yang sering digunakan (produktif), prefiks yang kurang produktif, dan
prefiks yang jarang digunakan.
·
Prefiks yang sering
digunakan (produktif)
Yakni: a- ; akatih, asibak, abungkul (selembar, sebagian, sebuah) ka- ; katunjel, katugel, kasibak (dibakar, dipotong, dibelah) sa- ; saumah, sadados, sadurung (serumah, sebisanya, sebelum) pa- ; penampel, pewarah, pengawi (alat untuk menutup, pengumuman, pengarang) ma- ; majalan, makeber, matakon (berjalan, terbang, bertanya) pi- ; piorah, piolas, pitresna (pemberitahuan, pertolongan, bantuan) m- ; maca, mucu, mangunang (membaca, memojokkan, membangun) n- ; nunu (membakar) ň(ny) ; nyampat, nyate, nyebit (menyapu, membuat sate, membelah kecil-kecil) ŋ(ng) ; ngarang, ngulgul, ngabut, ngigel, nguyak, ngendepangn, gengsapang, ngorahang, (mengarang, menggurui, mencabut, menari, menginjak, menggumuli, merendahkan, melupakan, memberitahu).
·
Prefiks yang kurang
produktif
Yaitu: pra- ; pramangkin, prakanggo (seketika, pemuka masyarakat) para- ; para sameton, para pamiarsa (para keluarga, para pendengar) pari- ; pari polah, pari wangde (kelakuan, diundurkan) maka- ; maka jalaran, maka dasar (yang menyebabkan, yang menjadi dasar) pati- ; patikaplug, patidelik (saling seruduk, saling mendelik) kuma- ; kumalipan, kumalindung (seperti lipan, seperti belut) upa- ; upacara, upajiwa (upacara, mata pencaharian).
·
Prefiks yang jarang
digunakan
Diantaranya: nir-/nis- ; niskala, nirdon (tidak nyata, tidak berguna) su- ; susila (kelakuan baik) swa- ; swadaya, swakarya (swadaya, bekerja sendiri).
2)
Konfiks
Bahasa Bali
hanya memiliki 3 macam konfiks dan sangat kurang produktif digunakan.
Konfiks-konfiks itu adalah: pa--an
; pagenahan, panadtadan (rumah, alat menjinjing) ma--an ; magregotan, macangkriman (sarat, bernyanyi cangkrim) ma--an ; maririhan (memperdayakan).
3)
Infiks
Dalam bahasa
Bali, infiks itu tidak produktif. Hal itu sama dengan bahasa Indonesia yang
hanya beberapa kata mengalami proses infiks ini. Jumlah infiks dalam bahasa
Bali hanya dua, yaitu: -um- ; gumuyu, sumanggup (besenda gurau, menyanggupi) -in- ; sinambung (bersambung).
4)
Sufiks
Berbeda dengan
bahasa Indonesia, bahasa Bali memiliki jumlah sufiks yang lebih banyak. Bahasa
Indonesia hanya memiliki 3 sufiks asli, sedangkan bahasa Bali memiliki empat
sufiks, yaitu: -an ; gedean, cerikan (lebih besar, lebih kecil), -a ; jemaka, tugela (diambil, dipotong) –in ; cerikin, gedein (kecilkan, besarkan) -ang ; jemakang, tugelang (ambilkan, potongkan).
3.1
Proses
Morfofonemik dalam Bahasa Bali
Proses morfologi
pada bahasa Bali yang dijelaskan adalah mengenai prefiksasi. Proses tersebut
menyangkut pada prefiks (N) yang terdiri atas empat macam yaitu: m- : maca-ngamacaang ‘membacakan’
mucu-ngamucuang ‘memojokkan’; n- : nunu-nganunuang
‘membakarkan’ nugel-nganugelang
‘memotongkan’; ny
: nyat- nganyateang
‘membuatkan sate’ nyagur-
nganyagurang ‘memukulkan’ ; ng
: dalam hubungan anggota prefiks (N-) ini (ng) tidak mengalami proses
morfofonemik.
3.2
Distribusi
Tiap Imbuhan
a)
Prefiks a- dipergunakan
hanya pada kata bantu bilangan sibak asibak ‘sebelah’ bungkul abungkul ‘sebuah’; ka- dipergunakan pada
kata kerja (memiliki arti di- pada bahasa Indonesia), tugel-katugel ‘dipotong’
sibak kasibak ‘dibelah’; sa-
dipergunakan pada kata benda,
umah-saumah ‘serumah’ dados-sadados ‘sebisa’; pa- dipergunakan pada
kata benda,
kawi-pangawi ‘pengarang’
warah-pawarah ‘pengumuman’; ma- dipergunakan pada
kata benda,
takon-matakon ‘pertanyaan’
dipergunakan pada kata kerja jalan-majalan
‘berjalan’ dipergunakan pada kata sifat barak-mabarakan ‘diberi merah’ dipergunakan
pada kata keadaan gantung-magantung
‘digantung’; pi-
dipergunakan pada kata keadaan tuduh-pituduh
‘kehendak (Tuhan)’;
m- dipergunakan pada kata kerja baca-maca
‘membaca’;
n- dipergunakan pada kata kerja tunu-nunu
‘membakar’;
ny- dipergunakan pada kata kerja sebit-nyebit
‘membelah’;
ng- dipergunakan pada kata kerja yasa-ngayasaang
‘mendo’akan’ dipergunakan pada kata keadaan lacur-ngalacurang ‘bertambah miskin’.
b)
Konfiks pa--an dipergunakan
pada kata benda genah-pagenahan
‘rumah’; ma--an dipergunakan
pada sifat gregot-magregotan
‘sarat sekali’;
ma--in dipergunakan pada kata kerja ririh-maririhin
‘memperdayakan’.
c)
Sufiks -an dipergunakan
pada kata sifat gede-gedean
‘lebih besar’ dipergunakan pada kata benda batu-batuan ‘berisi batu’; -a dipergunakan pada
kata kerja jemak-jemaka
‘diambil’;
-in dipergunakan pada kata kerja jagur-jagurin
‘dipukuli’ dipergunakan pada kata benda batu-batuin
‘diisi batu’ dipergunakan pada kata sifat putih-putihin ‘diberi putih’; -ang dipergunakan pada
kata kerja bejek-bejekang
‘diaduk’ dipergunakan pada kata sifat barak-barakang
‘merahkan’ dipergunakan pada kata bilangan kutus-kutusang ‘bagi delapan’; -e dipergunakan pada kata
kerja tusuk-tusuke
‘ditusuk’ dipergunakan pada kata benda tembok-temboke ‘tembok’
3.3
Fungsi
Tiap Imbuhan
a)
Prefiks
1)
a- bentuk kata benda
dari kata kerja :tugel → atugel ‘sepotong’
2)
ka- membentuk kata
kerja pasif dari kata kerja intransitif :tunjel → katunjel ‘dibakar’
3)
sa- membentuk kata
keadaan dari kata benda :umah → saumah ‘serumah’
4)
ma- membentuk kata
kerja intransitif dari kata benda :jalan → majalan ‘berjalan’
5)
pa- membentuk kata
benda dari kata kerja intransitif :tempel → panampel ‘penutup’
6)
pi- membentuk kata
keadaan dari kata keadaan :olas → piolas ‘pertolongan’
7)
n-m-
membentuk kata kerja transitif : patok → matok ‘mematok’n- membentuk kata kerja
transitif : tunu → nunu ‘membakar’ membentuk kata kerja transitif dari kata
benda : dacin → nacin ‘menimbang’ny- membentuk kata kerja transitif : jagur →
nyagur ‘memukul’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : sampat →
nyampat ‘menyapu’ng- membentuk kata kerja transitif : karang → ngarang
‘mengarang’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) : leyak →
ngaleyak ‘menghantui’
8)
nga- membentuk kata
kerja transitif dari kata keadaan :lacur → ngalacurang ‘bertambah
miskin’membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif :ruruh →
ngaruruh ‘mencari’membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) :leyak
→ ngaleyakin ‘menghantui’
b)
Konfiks
1)
pa-an membentuk kata
benda dari kata kerja intransitif :tadtad → patadtadan ‘alat untuk (barang)
yang dijinjing’
2)
ma-an membentuk kata
kerja intransitif dari kata benda :cangkrim → macangkriman ‘memperdayakan’
3)
ma-in membentuk kata
kerja intransitif dari kata keadaan :ririh → maririhin ‘memperdayakan’
c)
Sufiks
1)
–an membentuk kata
keadaan dari kata sifat : barak → barakan ‘lebih merah’ membentuk kata keadaan
dari kata benda : bias → biasan ‘berisi pasir’ tetap membentuk kata keadaan :
cerik → cerikan ‘lebih kecil’
2)
–a membentuk kata kerja
pasif dari kata kerja aktif intransitif : jemak → jemaka ‘diambilnya’
3)
–in membentuk kata
kerja pasif dari kata keadaan: cerik → cerikin ‘kecilkan’ membentuk kata kerja
pasif dari kata sifat: barak → barakin ‘isi merah’ membentuk kata bilangan : enem
→ enemin ‘bagi enam-enam
4)
–ang membentuk kata
kerja transitif dari kata kerja intransitif, membentuk kata kerja transitif
dari kata keadaan : gede → gedeang ‘besarkan’ membentuk kata bilangan : kutus →
kutusang ‘bagi delapan-delapan’
5)
–e membentuk kata benda
dari kata keadaan : sakit → sakite ‘sakitnya’ membentuk kata benda dari kata
benda : tembok → temboke ‘temboknya’
3.4
Arti
Tiap Imbuhan
a)
Prefiks
1)
a- untuk menyatakan
bagian atau ukuran : sibak → asibak ‘sebagian’
2)
ka- dikenai (pasif) :
tugel → katugel ‘dipotong’
3)
sa- untuk menyatakan
kesatuan : umah → saumah ‘serumah’
4)
pa- melakukan suatu
pekerjaan seperti dikatakan oleh kata dasar : kawi → pangawi ‘pengawi’
5)
ma- melakukan pekerjaan
seperti dikatakan kata dasar : jalan → majalan ‘berjalan’ menyatakan keadaan :
berarakan → mabrakan ‘berhamburan’
6)
pi- berarti variasi :
olas → piolas ‘pertolongan’
7)
n-
dengan anggota-anggotanya
: m-
melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : baca → maca ‘membaca’; n- melakukan pekerjan
seperti dikatakan kata dasar : jagur → nyagur ‘memukul’ng- superlatif : lacur →
nglacurang ‘bertambah miskin’ melakukan pekerjaan seperti yang dikatakan kata
dasar : ruruh → ngruruh ‘mencari’
8)
nga- melakukan
pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : leyak → ngaleyak ‘menghantui’.
b)
Konfiks
1)
–an perbandingan
(superlatif): gede → gedean ‘lebih besar’ menyatakan keadaan : batu → batuan
‘berbatu-batu’
2)
–a menyatakan : jemak →
jemaka ‘diambil’
3)
-in menyatakan pasif :
jagur → jagurin ‘dipukuli’ menyatakan membuat lebih : cerik → cerikin ‘dibuat
lebih kecil’
4)
–ang menyatakan
pekerjaaan seperti tersebut oleh kata dasar : bejek → bejekang ‘memeraskan’
membuat atau menjadikan lebih : barak → barakang ‘membuat lebih merah’
5)
–e menegaskan : tembok
→ temboke ‘tembok (itu)’
Sufiks –e ini mempunyai alomorf –ne, pada suku akhir yang terbuka. Contoh: bapa+ne →
bapane ‘ayah (itu)’
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Bahasa Bali
adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan
lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak yang terdiri dari enam huruf vokal dan delapan belas huruf konsonan.
- Morfologi adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
- Morfologi Bahasa Bali menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah
kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks.
- Bahasa
Bali memiliki 17 macam prefix yakni a-, ka-, sa-, pa-, ma-, pi-, m, n-, ň(ny), ŋ(ng), pra-, para-, pari-, maka-, pati-, kuma-, upa-, nir-/nis-, su- dan swa- . Memiliki 3 macam
konfiks yaitu: pa—an, ma--an dan ma--an. Infiks dalam
bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- dan -in-. Serta Bahasa Bali memiliki empat
sufiks, yaitu: -an, -a, –in, -ang.
- Semua afikasi tersebut memiliki proses morfofonemik, distribusi,
fungsi dan arti masing-masing.
3.2 Saran
- Mari kita wujudkan Ajeg Bali dari hal yang paling
sederhana yaitu menggunakan bahasa Bali dalam keseharian maupun kepada
anak cucu kita.
- Kepada masyarakat hendaknya tetap melestarikan
sastra dan Bahasa Bali sebagai kearifan lokal budaya Bali dengan tetap
menggunakan Bahasa Bali dan tetap mengajarkan sastra Bali kepada anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Halle,
Moris. 1973. Prolegomena to a Theory of
Word Formation.
Linguistic Inquiry Vol. IV No.1.
Kardana, I Nyoman. tt. Proses Morfologis pada Pronomina Persona Bahasa Bali. Denpasar:
Universitas Udayana.
Simpen, I Wayan. 2008. Afikasi Bahasa Bali: Sebuah Kajian Morfologi Generatif. Denpasar:
Universitas Udayana.
Ramlan, M. 1985. Morfologi:
Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono
http://sastrabalimodern.blogspot.com/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa telah ada sejak berabad-abad lalu dalam bentuk bahasa lisan maupun tertulis. Seiring perkembangan jaman dan perkembangan peradaban manusia, perbendaharaan bahasa pun ikut berkembang. Seperti halnya Bahasa Bali. Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari rumpun Bahasa Austronesia. Bahasa Bali memiliki hubungan kekerabatan dengan Bahasa Jawa. Oleh karenanya Bahasa Bali terdiri dari tiga yakni Bahasa Bali Baku, Bahasa Bali Aga dan Bahasa Kawi atau Bahasa Jawa Tengahan. Karena letaknya yang begitu strategis ditambah pengaruh-pengaruh dari bahasa luar, Bahasa Bali mengalami satu bentuk perubahan kosakata dan perkembangan makna. Seiring perkembangannya, Bahasa Bali mengalami suatu proses yang disebut morfologi bahasa. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Proses ini membawa banyak variasi bahasa dan kosakata dalam Bahasa Bali. Secara langsung ataupun tidak langsung proses morfologi ini membawa perubahan bentuk namun tidak mengurangi makna dari bahasa tersebut. Morfologi ini menimbulkan dan memunculkan kosakata baru yang memperkaya perbendaharaan bahasa dan sastra Bali pada umumnya. Setiap perkembangan dan perubahan dalam kesusastraan tentunya menjadi sebuah daya tarik dan suatu hal yang menarik untuk dikaji untuk menghindari kesalahan persepsi dalam penggunaan dan pengertiannya. Penting untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut utamanya tentang morfologi Bahasa Bali ini mengingat bahasa Bali merupakan bahasa ibu dari masyarakat Bali pada umumnya. Sebagai civitas akademika, merupakan kewajiban untuk mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengkaji lebih lanjut tentang definisi dan aspek-aspek morfologi Bahasa Bali sebagai tindak lanjut tentang fenomena tersebut. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis ini sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana sejarah Bahasa Bali? 1.2.2 Apa definisi morfologi? 1.2.3 Bagaimana morfologi Bahasa Bali? 1.3 TUJUAN PENULISAN Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diuraikan tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui sejarah Bahasa Bali. 1.3.2 Untuk mengetahui definisi morfologi. 1.3.3 Untuk mengetahui penjabaran morfologi Bahasa Bali. BAB II PEMBAHASAN 1. Tentang Bahasa Bali Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya. Secara umum huruf dalam bahasa Bali terbagi menjadi 6 huruf vokal dan 18 huruf konsonan yang diterangkan sebagai berikut: Vokal Depan Madya Belakang Tertutup i u Tengah e ə o Terbuka a Konsonan Bibir Gigi Langit2 Keras Langit2 Lunak Celah Suara Letup p b t d c ɟ k g Sengau m n ɲ ŋ Desis s h Getar / Sisi r l Hampiran w j 2. Definisi Morfologi Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Menurut Halle (1973), morfologi terdiri atas tida komponen yang saling terpisah, ketiga komponen itu adalah: (1) list of morphemes (daftar morfem); (2) word formation rules (kaidah/aturan pembentukan kata). (3) filter (saringan, penapis, tapis) Morfologi pada umumnya menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks. 3. Morfologi Bahasa Bali Seperti yanmg telah dijelaskan di atas bahwa morfologi bahasa pada umumnya menunjuk pada afikasi pada sebuah kata, begitupun halnya dengan Bahasa Bali. Di bawah ini penjelasan keempat afiks tersebut. 1) Prefiks (Awalan) Dalam Bahasa Bali memiliki 17 macam prefiks. Ketujuh belas macam prefiks terdiri atas prefiks yang sering digunakan (produktif), prefiks yang kurang produktif, dan prefiks yang jarang digunakan. • Prefiks yang sering digunakan (produktif) Yakni: a- ; akatih, asibak, abungkul (selembar, sebagian, sebuah) ka- ; katunjel, katugel, kasibak (dibakar, dipotong, dibelah) sa- ; saumah, sadados, sadurung (serumah, sebisanya, sebelum) pa- ; penampel, pewarah, pengawi (alat untuk menutup, pengumuman, pengarang) ma- ; majalan, makeber, matakon (berjalan, terbang, bertanya) pi- ; piorah, piolas, pitresna (pemberitahuan, pertolongan, bantuan) m- ; maca, mucu, mangunang (membaca, memojokkan, membangun) n- ; nunu (membakar) ň(ny) ; nyampat, nyate, nyebit (menyapu, membuat sate, membelah kecil-kecil) ŋ(ng) ; ngarang, ngulgul, ngabut, ngigel, nguyak, ngendepangn, gengsapang, ngorahang, (mengarang, menggurui, mencabut, menari, menginjak, menggumuli, merendahkan, melupakan, memberitahu). • Prefiks yang kurang produktif Yaitu: pra- ; pramangkin, prakanggo (seketika, pemuka masyarakat) para- ; para sameton, para pamiarsa (para keluarga, para pendengar) pari- ; pari polah, pari wangde (kelakuan, diundurkan) maka- ; maka jalaran, maka dasar (yang menyebabkan, yang menjadi dasar) pati- ; patikaplug, patidelik (saling seruduk, saling mendelik) kuma- ; kumalipan, kumalindung (seperti lipan, seperti belut) upa- ; upacara, upajiwa (upacara, mata pencaharian). • Prefiks yang jarang digunakan Diantaranya: nir-/nis- ; niskala, nirdon (tidak nyata, tidak berguna) su- ; susila (kelakuan baik) swa- ; swadaya, swakarya (swadaya, bekerja sendiri). 2) Konfiks Bahasa Bali hanya memiliki 3 macam konfiks dan sangat kurang produktif digunakan. Konfiks-konfiks itu adalah: pa--an ; pagenahan, panadtadan (rumah, alat menjinjing) ma--an ; magregotan, macangkriman (sarat, bernyanyi cangkrim) ma--an ; maririhan (memperdayakan). 3) Infiks Dalam bahasa Bali, infiks itu tidak produktif. Hal itu sama dengan bahasa Indonesia yang hanya beberapa kata mengalami proses infiks ini. Jumlah infiks dalam bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- ; gumuyu, sumanggup (besenda gurau, menyanggupi) -in- ; sinambung (bersambung). 4) Sufiks Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Bali memiliki jumlah sufiks yang lebih banyak. Bahasa Indonesia hanya memiliki 3 sufiks asli, sedangkan bahasa Bali memiliki empat sufiks, yaitu: -an ; gedean, cerikan (lebih besar, lebih kecil), -a ; jemaka, tugela (diambil, dipotong) –in ; cerikin, gedein (kecilkan, besarkan) -ang ; jemakang, tugelang (ambilkan, potongkan). 3.1 Proses Morfofonemik dalam Bahasa Bali Proses morfologi pada bahasa Bali yang dijelaskan adalah mengenai prefiksasi. Proses tersebut menyangkut pada prefiks (N) yang terdiri atas empat macam yaitu: m- : maca-ngamacaang ‘membacakan’ mucu-ngamucuang ‘memojokkan’; n- : nunu-nganunuang ‘membakarkan’ nugel-nganugelang ‘memotongkan’; ny : nyat- nganyateang ‘membuatkan sate’ nyagur- nganyagurang ‘memukulkan’ ; ng : dalam hubungan anggota prefiks (N-) ini (ng) tidak mengalami proses morfofonemik. 3.2 Distribusi Tiap Imbuhan a) Prefiks a- dipergunakan hanya pada kata bantu bilangan sibak asibak ‘sebelah’ bungkul abungkul ‘sebuah’; ka- dipergunakan pada kata kerja (memiliki arti di- pada bahasa Indonesia), tugel-katugel ‘dipotong’ sibak kasibak ‘dibelah’; sa- dipergunakan pada kata benda, umah-saumah ‘serumah’ dados-sadados ‘sebisa’; pa- dipergunakan pada kata benda, kawi-pangawi ‘pengarang’ warah-pawarah ‘pengumuman’; ma- dipergunakan pada kata benda, takon-matakon ‘pertanyaan’ dipergunakan pada kata kerja jalan-majalan ‘berjalan’ dipergunakan pada kata sifat barak-mabarakan ‘diberi merah’ dipergunakan pada kata keadaan gantung-magantung ‘digantung’; pi- dipergunakan pada kata keadaan tuduh-pituduh ‘kehendak (Tuhan)’; m- dipergunakan pada kata kerja baca-maca ‘membaca’; n- dipergunakan pada kata kerja tunu-nunu ‘membakar’; ny- dipergunakan pada kata kerja sebit-nyebit ‘membelah’; ng- dipergunakan pada kata kerja yasa-ngayasaang ‘mendo’akan’ dipergunakan pada kata keadaan lacur-ngalacurang ‘bertambah miskin’. b) Konfiks pa--an dipergunakan pada kata benda genah-pagenahan ‘rumah’; ma--an dipergunakan pada sifat gregot-magregotan ‘sarat sekali’; ma--in dipergunakan pada kata kerja ririh-maririhin ‘memperdayakan’. c) Sufiks -an dipergunakan pada kata sifat gede-gedean ‘lebih besar’ dipergunakan pada kata benda batu-batuan ‘berisi batu’; -a dipergunakan pada kata kerja jemak-jemaka ‘diambil’; -in dipergunakan pada kata kerja jagur-jagurin ‘dipukuli’ dipergunakan pada kata benda batu-batuin ‘diisi batu’ dipergunakan pada kata sifat putih-putihin ‘diberi putih’; -ang dipergunakan pada kata kerja bejek-bejekang ‘diaduk’ dipergunakan pada kata sifat barak-barakang ‘merahkan’ dipergunakan pada kata bilangan kutus-kutusang ‘bagi delapan’; -e dipergunakan pada kata kerja tusuk-tusuke ‘ditusuk’ dipergunakan pada kata benda tembok-temboke ‘tembok’ 3.3 Fungsi Tiap Imbuhan a) Prefiks 1) a- bentuk kata benda dari kata kerja :tugel → atugel ‘sepotong’ 2) ka- membentuk kata kerja pasif dari kata kerja intransitif :tunjel → katunjel ‘dibakar’ 3) sa- membentuk kata keadaan dari kata benda :umah → saumah ‘serumah’ 4) ma- membentuk kata kerja intransitif dari kata benda :jalan → majalan ‘berjalan’ 5) pa- membentuk kata benda dari kata kerja intransitif :tempel → panampel ‘penutup’ 6) pi- membentuk kata keadaan dari kata keadaan :olas → piolas ‘pertolongan’ 7) n-m- membentuk kata kerja transitif : patok → matok ‘mematok’n- membentuk kata kerja transitif : tunu → nunu ‘membakar’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : dacin → nacin ‘menimbang’ny- membentuk kata kerja transitif : jagur → nyagur ‘memukul’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda : sampat → nyampat ‘menyapu’ng- membentuk kata kerja transitif : karang → ngarang ‘mengarang’ membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) : leyak → ngaleyak ‘menghantui’ 8) nga- membentuk kata kerja transitif dari kata keadaan :lacur → ngalacurang ‘bertambah miskin’membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif :ruruh → ngaruruh ‘mencari’membentuk kata kerja transitif dari kata benda (abstrak) :leyak → ngaleyakin ‘menghantui’ b) Konfiks 1) pa-an membentuk kata benda dari kata kerja intransitif :tadtad → patadtadan ‘alat untuk (barang) yang dijinjing’ 2) ma-an membentuk kata kerja intransitif dari kata benda :cangkrim → macangkriman ‘memperdayakan’ 3) ma-in membentuk kata kerja intransitif dari kata keadaan :ririh → maririhin ‘memperdayakan’ c) Sufiks 1) –an membentuk kata keadaan dari kata sifat : barak → barakan ‘lebih merah’ membentuk kata keadaan dari kata benda : bias → biasan ‘berisi pasir’ tetap membentuk kata keadaan : cerik → cerikan ‘lebih kecil’ 2) –a membentuk kata kerja pasif dari kata kerja aktif intransitif : jemak → jemaka ‘diambilnya’ 3) –in membentuk kata kerja pasif dari kata keadaan: cerik → cerikin ‘kecilkan’ membentuk kata kerja pasif dari kata sifat: barak → barakin ‘isi merah’ membentuk kata bilangan : enem → enemin ‘bagi enam-enam 4) –ang membentuk kata kerja transitif dari kata kerja intransitif, membentuk kata kerja transitif dari kata keadaan : gede → gedeang ‘besarkan’ membentuk kata bilangan : kutus → kutusang ‘bagi delapan-delapan’ 5) –e membentuk kata benda dari kata keadaan : sakit → sakite ‘sakitnya’ membentuk kata benda dari kata benda : tembok → temboke ‘temboknya’ 3.4 Arti Tiap Imbuhan a) Prefiks 1) a- untuk menyatakan bagian atau ukuran : sibak → asibak ‘sebagian’ 2) ka- dikenai (pasif) : tugel → katugel ‘dipotong’ 3) sa- untuk menyatakan kesatuan : umah → saumah ‘serumah’ 4) pa- melakukan suatu pekerjaan seperti dikatakan oleh kata dasar : kawi → pangawi ‘pengawi’ 5) ma- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : jalan → majalan ‘berjalan’ menyatakan keadaan : berarakan → mabrakan ‘berhamburan’ 6) pi- berarti variasi : olas → piolas ‘pertolongan’ 7) n- dengan anggota-anggotanya : m- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : baca → maca ‘membaca’; n- melakukan pekerjan seperti dikatakan kata dasar : jagur → nyagur ‘memukul’ng- superlatif : lacur → nglacurang ‘bertambah miskin’ melakukan pekerjaan seperti yang dikatakan kata dasar : ruruh → ngruruh ‘mencari’ 8) nga- melakukan pekerjaan seperti dikatakan kata dasar : leyak → ngaleyak ‘menghantui’. b) Konfiks 1) –an perbandingan (superlatif): gede → gedean ‘lebih besar’ menyatakan keadaan : batu → batuan ‘berbatu-batu’ 2) –a menyatakan : jemak → jemaka ‘diambil’ 3) -in menyatakan pasif : jagur → jagurin ‘dipukuli’ menyatakan membuat lebih : cerik → cerikin ‘dibuat lebih kecil’ 4) –ang menyatakan pekerjaaan seperti tersebut oleh kata dasar : bejek → bejekang ‘memeraskan’ membuat atau menjadikan lebih : barak → barakang ‘membuat lebih merah’ 5) –e menegaskan : tembok → temboke ‘tembok (itu)’ Sufiks –e ini mempunyai alomorf –ne, pada suku akhir yang terbuka. Contoh: bapa+ne → bapane ‘ayah (itu)’ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak yang terdiri dari enam huruf vokal dan delapan belas huruf konsonan. 2. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. 3. Morfologi Bahasa Bali menunjuk pada penggunaan afikasi dalam sebuah kata yang terdiri dari Prefiks, Prefiks Konfiks, Konfiks Infiks, Infiks Sufiks dan Sufiks. 4. Bahasa Bali memiliki 17 macam prefix yakni a-, ka-, sa-, pa-, ma-, pi-, m, n-, ň(ny), ŋ(ng), pra-, para-, pari-, maka-, pati-, kuma-, upa-, nir-/nis-, su- dan swa- . Memiliki 3 macam konfiks yaitu: pa—an, ma--an dan ma--an. Infiks dalam bahasa Bali hanya dua, yaitu: -um- dan -in-. Serta Bahasa Bali memiliki empat sufiks, yaitu: -an, -a, –in, -ang. 5. Semua afikasi tersebut memiliki proses morfofonemik, distribusi, fungsi dan arti masing-masing. 3.2 Saran 1. Mari kita wujudkan Ajeg Bali dari hal yang paling sederhana yaitu menggunakan bahasa Bali dalam keseharian maupun kepada anak cucu kita. 2. Kepada masyarakat hendaknya tetap melestarikan sastra dan Bahasa Bali sebagai kearifan lokal budaya Bali dengan tetap menggunakan Bahasa Bali dan tetap mengajarkan sastra Bali kepada anak-anak. DAFTAR PUSTAKA Halle, Moris. 1973. Prolegomena to a Theory of Word Formation. Linguistic Inquiry Vol. IV No.1. Kardana, I Nyoman. tt. Proses Morfologis pada Pronomina Persona Bahasa Bali. Denpasar: Universitas Udayana. Simpen, I Wayan. 2008. Afikasi Bahasa Bali: Sebuah Kajian Morfologi Generatif. Denpasar: Universitas Udayana. Ramlan, M. 1985. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istimewa:Masuk_log&returnto=Bahasa_Bali http://ronaldendiho.blogspot.com/ http://sastrabalimodern.blogspot.com/